Festival Ekonomi Syariah di Jatim Raup Rp 18,99 Triliun

Suasana berbagai macam pemeran edukasi dan perbankan dari Bank Indonesia Syariah saat Festival Ekonomi Syariah Indonesia di Grand City Surabaya, kemarin, Jumat (8/11). 

Ekonomi syariah ternyata menjadi daya tarik bagi pebisnis di Jawa Timur (Jatim). Hal itu terlihat dari tingginya animo masyarakat dalam event Festival Ekonomi Syariah (Fesyar).
Sejak digelar tiga hari lalu, event tersebut mampu mengumpulkan transaksi business matching mencapai Rp 18,99 triliun. Nilai itu berasal dari berbagai kerja sama perusahaan maupun orang yang terlibat.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jatim Difi Ahmad Johansyah mengatakan, bukan hanya industri keuangan yang aktif memasarkan produk dalam event tersebut. Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga terus berupaya mempromosikan produk masing-masing hingga pasar ekspor melalui Fesyar.
“Kami juga membantu para pengusaha UMKM, termasuk yang berasal dari pesantren, untuk memperluas pasar luar negeri. Untuk permintaan di luar negeri, banyak yang dipenuhi oleh permintaan kerajinan dan makanan,” katanya di sela-sela Fesyar, Jumat (8/11).
Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, Jatim merupakan provinsi pertama yang menjadi cikal bakal Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF), event terbesar dalam lingkup ekonomi syariah. Jatim dinilai sebagai provinsi dengan jumlah pondok pesantren terbanyak se-Indonesia, dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat.
Seiring dengan tingginya animo masyarakat, ISEF akan berubah menjadi event skala internasional dan dipindahkan ke Jakarta. Tahun ini ISEF bakal digelar pada 12–16 November.
“Itu pertanda naik kelas. Juga sesuai dengan misi pada awalnya. Dari Jatim, kami arahkan bagaimana supaya event syariah ini bisa mengundang lebih banyak UMKM, pembelian sukuk, dan business matching mulai skala nasional hingga internasional,” ujar Dody.
Jatim diharapkan tetap menjadi salah satu provinsi yang unggul dalam pengembangan ekonomi syariah, selain Aceh dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Dody pun melihat potensi ekspor produk pesantren dari Jatim cukup besar. Asalkan, pesantren mampu membuat produk unggulan yang berkualitas dan dapat bersaing dengan produk dari luar negeri.
Direktur Bisnis Small Medium Enterprise (SME) dan Komersial PT Bank BNI Syariah Dhias Widhiyati menambahkan, pihaknya telah menyepakati tiga proyek business matching dalam Fesyar di Surabaya kali ini. Proyek-proyek tersebut adalah pemberian fasilitas rekening gaji (payroll) kepada karyawan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), pembiayaan-pembiayaan sindikasi kepada PLN, dan pembiayaan modal kerja kepada PT Permodalan Nasional Madani (PNM).
Dengan kesempatan business matching kali ini, Dhias berharap perseroan bisa menyasar potensi bisnis payroll dan pembiayaan yang lebih luas. “Diharapkan, ke depan, kerja sama itu bisa meningkatkan sustainable growth bisnis BNI Syariah,” katanya.
Kerja sama dengan PLN, menurut Dhias, mempunyai potensi penambahan jumlah rekening dan dana pihak ketiga (DPK) yang cukup besar. Sebab, total pegawai tetap PLN saat ini mencapai 44.236 orang. Belum lagi, ada 101.000 pegawai outsourcing dan pegawai anak usaha. Dhias menambahkan, kerja sama dengan PLN juga akan membuka peluang bisnis lain, yaitu pembiayaan konsumer.
Pencapaian Fesyar*
Jumlah pengunjung : 15.042 orang
Jumlah transaksi di booth : Rp 50,43 miliar
Nilai business matching : Rp 18,99 triliun
Pembiayaan : Rp 12,59 triliun
DPK : Rp 4,4 triliun
Sukuk : Rp 2 triliun
Keterangan: *Sampai Jumat pagi (8/11)
Share:

Recent Posts